Selasa, 23 Juni 2009

JADILAH KEHENDAK TUHAN


Kis. 21 : 8 – 14 ; Yak. 4 : 13 – 15

Oleh : Pdt Em. Rony Gunawan S.Th. - Cimone

PENDAHULUAN :

Hampir setiap hari, Iklan mengenai Ramalan Nasib ditayangkan di TV. Ada peramal mengatakan,” Takdir tidak bisa diubah, tapi nasib Anda bisa Anda ubah. Saya akan memberikan masukan buat Anda supaya Anda bisa mengubah nasib Anda.” Memang sulit membedakan antara takdir dan nasib. Tapi pada dasarnya dua kata itu sebenarnya mempunyai arti yang hampir sama yaitu apa yang terjadi terhadap diri seseorang telah ditentukan oleh Tuhan. Apa yang Tuhan tentukan terjadi dalam diri seseorang pasti terjadi.” Begitulah ucapan rekan-rekan rasul Paulus dan Jemaat di Kaisaria ketika rasul Paulus di nubuatkan oleh nabi Agabus bahwa ia akan ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain.

Marilah kita berusaha untuk memahami nubuatan ini, sehingga bisa menjadi petunjuk dan nasehat untuk menguatkan iman kita dan memperbaharui sikap kita pada Tuhan yang kita sembah dan kasihi, yaitu Tuhan Yesus Krsitus.

ISI RENUNGAN :

Rasul Paulus dinubuatkan/diramalkan oleh Nabi Agabus yang berasal dari Yudea. Nabi Agabus datang dari Yudea yang cukup jauh dari Kaisaria dimana rasul Paulus berada pada saat itu, menubuatkan/meramalkan bahwa rasul Paulus akan ditangkap dan dianiaya oleh orang-orang Yahudi dan diserahkan pada bangsa-bangsa lain (Romawi). Kalau saudara yang jadi Rasul Paulus, kira-kira apa yang saudara pikirkan, rasakan dan apa yang akan saudara perbuat ?

Perkiraan saya adalah :
1. Mengharapkan nubuatan atau ramalan itu tidak benar, tidak berasal dari Tuhan.
2. Menghindar, seperti usulan rekan-rekan Paulus. Paulus diminta untuk tidak ke Yerusalem.
3. Berdoa pada Tuhan supaya Tuhan menggagalkan apa yang akan terjadi itu.

Itulah kita. Mungkin tidak ada seorangpun diantara kita akan berkata seperti yang dikatakan Rasul Paulus,” Aku rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus. Jadilah kehendak Tuhan.” Siapapun, bagi orang yang normal, pasti tidak mau menerima keadaan yang buruk atau yang tidak baik atau yang tidak menyenangkan. Begitu pula rasul Paulus sebagai seorang manusia yang normal. Saya yakin diapun tidak mau menerima keadaan yang buruk atau tidak menyenangkan.

Kenyataannya, mengapa dia siap mengalami pengalaman yang tidak dikehendakinya ? Sebab ia memperhatikan apa yang dikatakan nabi Agabus. Kalau perkataan Nabi agabus sebagai perkataannya pribadi, atas pertimbangan-pertimbangan pribadi, karena melihat situasi dan kondisi lalu ia menasehati rasul Paulus seperti itu, mungkin jawaban Paulus lain. Tapi karena nabi Agabus berkata,” Demikianlah kata Roh Kudus………..(Kis. 21 : 11)”, maka jawabannya rasul Paulus, “Jadilah kehendak Tuhan.”

Tentunya rasul Paulus meyakini, bahwa nubuatan yang berasal dari Roh Kudus, dari Tuhan, adalah hal yang pasti. Dan tentunya dia meyakini bahwa apapun yang dikehendaki Tuhan terjadi pasti terjadi. Tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya atau menggagalkannya. Karena itulah dia berkata, “Aku rela bukan saja diikat tapi juga untuk mati karena nama Tuhan Yesus.”

Jadilah kehendak Tuhan !!!! Bukanlah basa-basi atau ungkapan umum umat Krsiten, atau kebiasaan tetapi suatu pernyataan bahwa Tuhanlah yang menjadi Penentu atau menetukan kehidupan kita. Kita siap dan rela apapun yang Tuhan kerjakan atau perbuat dalam hidup kita. Baik yang menyenangkan, yang menguntungkan, yang membahagiakan maupun yang tidak menyenangkan, yang merugikan, yang menyedihkan.

Contoh yang sangat baik adalah kehidupan Ayub dan Habakuk. Ayub berkata pada istrinya ,” Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk ? ( Ayub 2 : 10 ) Sikap Ayub sangat berbeda dengan istrinya dalam menjalani kehidupan. Kalau istrinya hanya mau menerima yang enaknya saja, tidak demikian dengan Ayub, yang meyakini Tuhanlah Penentu hidupnya. Apapun, jika itu kehendak Tuhan dia siap menerimanya. Keluhan-keluhan Ayub sebagai tanda bahwa Ayub manusia biasa. Dia bisa saja sedih, kecewa, kesal, jengkel, tapi pada Allah sepenuhnya dia tunduk dan patuh. Dia berkata,”Aku tahu, bahwa engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal. ( Ayub 42 : 2 )

Habakuk berkata,” Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu dalam kandang, namun akau bersorak-sorak dalam Tuhan, berria-ria dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itulah kekuatanku. ( Hab. 3 : 17 – 19). Sukacita dan kekuatan Habakuk tidak ditentukan oleh keadaan ekonominya, tapi Tuhan sebagai Juru Selamatnya.

Ada sepasang suami istri menerima keadaan yang buruk dari Allah, di mana mereka dikaruniakan anak yang tidak normal. Putrinya lahir sebelum waktunya dan akhirnya mengalami cacat fisik dan sulit bicara. Sepasang suami sitri ini tentu sedih dan mungkin kecewa. Tapi karena kesadaran mereka bahwa Tuhan itu sebagai penentu hidup setiap orang, membuat mereka dapat menjalani kehidupan sebagai orang beriman. Mereka menjalani kehidupan mereka dengan tetap bersyukur.

Bagaimana sikap kita menjalani kehidupan kita ini ? Sikap kita dalam menjalani kehidupan di dunia ditentukan oleh bagaimana keyakinan kita terhadap Tuhan. Apakah kita meyakini bahwa Tuhanlah yang sudah merancangkan, membentuk dan memakai kita untuk jadi saksiNya ? Apakah kita meyakini Tuhan itu yang menentukan hidup kita ? Kalau ucapan rasul Paulus juga jadi ucapan kita yaitu ” Jadilah kehendak Tuhan”, maka kita dapat jalani kehidupan kita dengan tabah dan penuh syukur. A M I N